Ringkasan Materi Modul 2.2-Pembelajaran Sosial Emosional- Guru Penggerak

2.2.a.2. Pendahuluan Modul 2.2 - Pembelajaran Sosial dan Emosional

Surat dari Instruktur      

Bapak/Ibu CGP yang kami banggakan,

Selamat datang dalam pembelajaran sosial dan emosional.  Pembelajaran sosial dan emosional  ini diawali dengan kesadaran penuh bahwa   tidaklah cukup apabila murid hanya mengembangkan kemampuan akademiknya saja. Murid juga perlu mengembangkan aspek sosial dan emosionalnya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial-emosional berperan penting dalam keberhasilan akademik maupun kehidupan  seseorang.  Sebagai pendidik yang berinteraksi dengan murid dan orang dewasa di lingkungan sekolah, Anda tentu sepakat dengan pernyataan tersebut.

Lewat modul ini, kami mengajak Anda untuk dapat mengeksplorasi  berbagai pengalaman yang dapat mengembangkan aspek sosial dan emosional murid. Melalui fase MERRDEKA, kami mengajak Anda untuk  terlibat dalam pengalaman belajar yang dilandasi sikap terbuka, rasa ingin tahu dan semangat bertumbuh, yang dilakukan secara  mandiri maupun kolaboratif.

Untuk dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional murid secara optimal, peran guru sangatlah penting.   Sebelum guru dapat membantu murid, ia perlu belajar memahami, mengelola, dan  menerapkan pembelajaran sosial dan emosional  dalam dirinya.  Anda akan  belajar untuk menumbuh kembangkan aspek sosial dan emosional dalam diri Anda melalui berbagai kegiatan praktikum, diskusi dan refleksi yang dilakukan dengan pendekatan berkesadaran penuh. 

Bapak/Ibu CGP,   dalam proses penyusunan modul ini, selain semakin menyadari pentingnya pengembangan  kompetensi sosial dan emosional pada murid, kami  juga semakin menyadari pentingnya  peran  guru dalam menguasai dan menerapkan kompetensi yang ingin diajarkan.  Oleh karena itu, kami berharap Anda juga bersedia untuk membagikan pengalaman  Anda sehingga pembelajaran Bapak/Ibu semakin kaya, bermakna dan bermanfaat bagi murid. Harapan kami, modul pembelajaran sosial dan emosional ini dapat membantu Anda untuk melaksanakan proses pembelajaran secara  lebih seimbang, baik di kelas, lingkungan sekolah dan komunitas sekolah.   

Sebagai penutup, kami ingin mengajak Bapak/Ibu CGP untuk membaca sebuah kutipan dari  Aristoteles. “Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali (Educating the mind, without educating the heart, is not education at all). Selamat  menjalani proses pembelajaran dalam modul ini.  Kami berharap, seluruh  usaha, jerih payah dan ketulusan yang sudah Anda curahkan  akan dapat membantu murid untuk tumbuh menjadi pribadi utuh, baik secara akademik, sosial, dan emosional.

Selamat belajar, berbagi, dan bertumbuh!

Capaian Pembelajaran Umum

Secara umum, profil kompetensi yang ingin dicapai dari modul ini adalah Calon Guru Penggerak mampu:

  1. Menyadari dan mengelola emosi agar berpengaruh positif dalam berperan sebagai guru

  2. Membiasakan pembelajaran sosial dan emosional dalam lingkup kelas, sekolah dan komunitasnya.

Capaian Pembelajaran Khusus

Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu:

  1. Menunjukkan pemahaman tentang pendekatan berkesadaran penuh (mindfulness).

  2. Menunjukkan pemahaman tentang pembelajaran sosial dan emosional yang berdasarkan kerangka CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning).

  3. Menunjukkan pemahaman tentang pendekatan berkesadaran penuh (mindfulness) dalam  pembelajaran sosial dan emosional

  4. Menunjukkan pemahaman tentang cara-cara menerapkan pendekatan berkesadaran penuh (mindfulness) dalam pembelajaran sosial dan emosional sesuai dengan konteks masing-masing guru.

  5. Menerapkan pembelajaran sosial dan emosional dengan pendekatan berkesadaran penuh (mindfulness) dalam kegiatan di dalam kelas, lingkungan sekolah, dan komunitasnya.

Isi Materi Modul

Modul ini berisikan materi tentang:

  1. Penjelasan tentang kesadaran penuh (mindfulness).

  2. Penjelasan tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dengan kerangka CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning).

  3. Penjelasan pendekatan berkesadaran penuh (mindfulness) dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional.

  4. Strategi  Pembelajaran Sosial dan Emosional di kelas, lingkungan sekolah dan komunitas.

ALUR BELAJAR MERDEKA

Mulai dari diri

  1. Mengaitkan diri CGP dengan latihan berkesadaran penuh  dan kompetensi sosial-emosional dalam keseharian dan dalam kegiatan pembelajaran

  2. Harapan & ekspektasi

 

 

Eksplorasi konsep

  1. Kesadaran penuh (mindfulness)

  2. Pembelajaran Sosial dan Emosional menurut kerangka CASEL (kolaborasi untuk akademik dan pembelajaran sosial dan emosional)

  3. Pendekatan berkesadaran penuh (mindfulness) dalam pengajaran kompetensi sosial- emosional

Ruang kolaborasi

Membuat pemetaan dan memodifikasi strategi untuk mengajarkan kompetensi sosial-emosional dalam jenjang pendidikan masing -masing

Refleksi Terbimbing

  1. Refleksi tentang proses penerapan pembelajaran sosial dan emosional dengan pendekatan berkesadaran penuh (mindfulness) yang sudah dilakukan (apa yang menarik, apa yang berubah, apa yang menantang, apa yang ingin ditingkatkan/diterapkan).

  2. Menggunakan hasil refleksi dalam pembelajaran sosial dan emosional dengan pendekatan berkesadaran penuh (mindfulness) dalam proses selanjutnya.

Demonstrasi kontekstual

  1. Mengintegrasikan pembelajaran kompetensi sosial-emosional dengan pendekatan berkesadaran penuh (mindfulness) dalam mata pelajaran yang diampu

  2. Melakukan refleksi tentang apa yang telah dicapai dan apa yang masih ingin dipelajari lebih lanjut sebagai persiapan aksi nyata.

Elaborasi Pemahaman

  1. Mengelaborasi pemahaman tentang integrasi pembelajaran sosial dan emosional dalam konteks masing-masing melalui sesi tanya jawab dengan instruktur. 

  2. Refleksi pemahaman dalam bentuk foto, puisi, cerita pendek, artikel, atau video  

  3. Konsultasi untuk kegiatan aksi nyata

Koneksi antarmateri

  1. Membuat kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah didapatkan dari proses pembelajaran sosial dan emosional

  2. Membuat koneksi pembelajaran sosial dan emosional dengan pembelajaran berdiferensiasi dalam kerangka memenuhi pembelajaran yang berpihak pada murid

 Aksi nyata

  1. Memimpin salah satu latihan berkesadaran penuh dalam pembelajaran sosial dan emosional bagi guru lain  

  2. Mendokumentasikan semua  proses, hasil, dan perkembangan belajarnya dalam bentuk  portofolio digital. 

2.2.a.3. Mulai dari Diri - Pembelajaran Sosial dan Emosional

“Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan. Namun, perubahan tidak dapat dimulai dari atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambillah langkah pertama” 

(Nadiem Makarim)

2.2.a.4. Eksplorasi Konsep - Pembelajaran

“Antara stimulus dan respons ada ruang untuk memilih karena kita memiliki daya untuk membuat pilihan. Dalam setiap respon yang kita pilih, terdapat ruang untuk bertumbuh dan kebebasan diri kita” 

(Viktor Frankl, Neurologist, Psychologist)

Durasi : 2 JP (90 menit)

Moda: Mandiri

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

  1. CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang kesadaran penuh (mindfulness).

  2. CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang 5 kompetensi sosial-emosional yaitu kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan sosial dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

  3. CGP  dapat menunjukkan pemahaman tentang pendekatan berkesadaran penuh  (mindfulness) dalam pembelajaran 5 kompetensi sosial-emosional.

Selamat datang kembali dalam fase eksplorasi konsep yang pertama!

Bapak/Ibu CGP, Mari memulai pembelajaran ini dengan membayangkan suatu hari Anda harus melakukan banyak sekali pekerjaan. Selain tugas mengajar di depan kelas, mengoreksi  pekerjaan murid dan memberikan umpan balik, menghadiri rapat dengan orangtua murid untuk mendiskusikan masalah kedisiplinan dan disusul dengan menulis laporan kepada kepala sekolah, dan berbagai tugas sebagai wali kelas atau panitia kegiatan sekolah sudah mengantri untuk dikerjakan. Apa yang Anda rasakan?  Pada saat  itu, mungkin  Anda merasa sulit bekerja dengan optimal. Anda mungkin sulit berkonsentrasi saat bersama murid di kelas, merasa kurang sabar saat berkomunikasi dengan orangtua murid, atau akhirnya lupa mengecek artikel untuk buletin sekolah hingga sudah larut malam. Belum lagi, dengan berbagai  tugas di atas, seorang guru juga dibutuhkan untuk mendampingi murid dengan berbagai masalahnya, mulai dari masalah datang terlambat, bolos sekolah, tidak mengerjakan tugas, melakukan tindakan kekerasan atau perundungan, hingga kasus murid  yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. (www.liputan6.com, diakses 5 Juni 2020). Untuk menghadapi berbagai situasi yang kompleks ini, seorang pendidik membutuhkan kemampuan dasar untuk merawat dirinya (self care) agar dapat mengelola kehidupan profesional maupun personalnya.


Pada kegiatan ini, Anda akan diminta untuk membaca materi dan menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan materi.

Pembelajaran Sosial dan Emosional 

Bapak/Ibu CGP, Mari membahas tentang pembelajaran sosial dan emosional yang mengacu pada kolaborasi akademik dan pembelajaran sosial dan emosional (CASEL). 

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk 

1) memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi 

2) menetapkan dan mencapai tujuan positif 

3) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain 

4) membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta 

5) membuat keputusan yang bertanggung jawab.  

Pembelajaran sosial dan emosional dapat diberikan dalam tiga ruang lingkup: 

  1. Rutin:  pada saat kondisi yang sudah ditentukan di luar waktu belajar akademik, misalnya kegiatan lingkaran pagi (circle time), kegiatan membaca  setelah jam makan siang

  2. Terintegrasi dalam mata pelajaran: misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik pembelajaran, membuat diskusi  kasus atau kerja kelompok untuk memecahkan masalah, dll.

  3. Protokol: menjadi budaya atau aturan  sekolah yang  sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau  sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu. Misalnya, menyelesaikan konflik  yang terjadi dengan membicarakannya tanpa kekerasan,  mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, dll.

Social Emotional Learning (SEL)

Jawab pertanyaan di bawah ini!

  1. Apakah hakikat pembelajaran sosial dan emosional?

  2. Mengapa penting bagi guru untuk memahami dan menerapkan pembelajaran sosial dan emosional?

  3. Sebutkan 5 kompetensi sosial dan emosional!

  4. Tuliskan hal-hal yang sudah Anda ketahui sebelumnya tentang 5 kompetensi  sosial dan emosional! 

  5. Tuliskan hal-hal baru yang Anda pelajari dari video tersebut!

  6. Apa hal-hal yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?

Pembelajaran Sosial dan Emosional  berbasis Kesadaran Penuh (Mindfulness-Based Social Emotional Learning)


Kesadaran Penuh (Mindfulness)

Untuk mengawali penjelasan tentang kesadaran penuh (mindfulness), mari kita simak video  berikut ini.  

Mindfulness

Mindfulness terbuka untuk semua orang tanpa terkecuali. Terlebih dengan adanya fakta bahwa kita hidup di lingkungan yang sangat sesak, dimana segala sesuatunya bergerak lebih cepat daripada kecepatan kita mencerna informasi. Mindfulness menyediakan cara bagi setiap orang untuk menikmati setiap momen dan memberikan rasa ketenangan, terlepas dari kenyataan bahwa kita hidup di lingkungan yang begitu padat. 

Apa yang lebih baik daripada itu?

Konsep kesadaran penuh (mindfulness)

Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the present moment, with curiosity and kindness).

Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity), dan kebaikan (compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang dilakukan. 

Kapan mindfulness muncul?

Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan, atau dalam situasi yang menghendaki perhatian yang penuh. Misalnya, seorang anak yang terlihat asyik bermain peran dengan menggunakan boneka tanpa terganggu oleh suara sekitarnya, murid yang sedang memainkan musik, menikmati alur cerita dalam bacaan, menikmati segelas teh hangat, atau menikmati pemandangan matahari terbenam, atau guru yang sedang mendengarkan murid dengan penuh perhatian.  Intinya adalah adanya perhatian yang dilakukan secara sadar dengan dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan.

Latihan mindfulness

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stress, dan munculnya perasaan tenang dan stabil (Kabat-Zinn, 2013, hal. 37). Dengan demikian, salah satu fungsi latihan berkesadaran penuh adalah menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.

Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua. Latihan tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, melakukan berbagai kegiatan literasi, mencintai alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain sebagainya.

Mindfulness pada kurikulum

Pada tahun 2011, The Hawn Foundation bekerjasama dengan Columbia University mengembangkan sebuah kurikulum yang disebut ‘the MindUp Curriculum’. Sebuah kurikulum yang ditujukan untuk tingkat Pra Sekolah sampai kelas 8. The Mindup Curriculum adalah kurikulum pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran sosial dan emosional (social and emotional awareness), meningkatkan kesejahteraan psikologis (psychological well-being), dan keberhasilan akademik yang berbasis penelitian dan praktik kelas (www.thehawnfoundation.org). 

Sejak tahun 2019, sebanyak 370 sekolah negeri di seluruh Inggris mengadopsi mindfulness dalam kurikulumnya. Di Indonesia, penerapan mindfulness dalam kurikulum juga sudah diterapkan dalam berbagai institusi pendidikan. Salah   satu sekolah di Jakarta secara khusus memasukkan mindfulness dalam kurikulum pendidikan TK hingga Kelas 12. Murid-murid di sekolah tersebut melaporkan bahwa mindfulness membantu mereka dalam proses pembelajaran (Kompas, 27 Juli 2019). Video yang ditampilkan pada bagian awal penjelasan kesadaran penuh ini adalah hasil karya salah satu murid sekolah tersebut.

Mindfulness dan Cara Kerja Otak 

Bapak/Ibu CGP, video berikut ini menjelaskan bagaimana kerja otak dan mekanisme perubahan yang terjadi pada otak saat melakukan latihan berkesadaran penuh (mindfulness), serta dampak positif dari latihan berkesadaran penuh (Mindfulness and How the Brain Works).

Sebelum menonton, untuk membantu memahami video tersebut dengan baik, bacalah terlebih dahulu beberapa pertanyaan di bawah ini Mindfulness dan Cara Kerja Otak

Terjemahan video mindfulness dan cara kierja otak

Otak manusia sangatlah kompleks, Di mana 99% terjadi di bawah  sadar, Yang artinya meskipun kami berasumsi bahwa memiliki kontrol Jalan bagaimana kita berpikir, merasa dan  berperilaku  namun tidak  demikian sederhana.  konsep  neuroplastisitas  menyoroti bahwa otak kita terus menerus dibentuk ulang sepanjang hidup kita oleh pengalaman dan cara berpikir kita yang menentukan bagian otak mana yang diperkuat,   melemah,   Ataupun hilang Ini berarti jika kita terjebak dalam kehawatiran  atau mudah tersinggung maka semakin kita menjadi orang yang lebih baik dalam menghawatirkan sesuatu. Sebaliknya jika kita berlatih menjadi tenang jelas dan fokus,  maka kita memperkuat kemampuan tersebut.  Sebagai manusia otak kita berbeda dari yang lain karena manusia memiliki area depan otak yang disebut frontal lobus yang berkembang terakhir dalam evolusi manusia. Frontal lobus membantu kita mengukur kekuatan emosional dan merespon dengan fleksibel, bahkan saat kita merasa terbebani juga membantu kami untuk mendengarkan dan empati Dan wawasan ketika kita merasa cemas tergangguUntuk mencapai tujuan fungsi otak kita lebih kuatYang memiliki bagian yang disebut dengan amigdala Adalah bagian otak yang merespon pada saat kita merasa stres atau cemas dan melepaskan Hormon dan bahan kimia seperti kortisol dan Adrenalin, itu sebabnya stresMemiliki dampak besar pada kesadaran kita. Teknik yang dapat membantu kita untuk mengelola proses ini akan lebih efektif apabila membangun Konsentrasi dan kapasitas Kesadaran kita dengan cara tertentu Hal ini dapat membawa pilihan pada emosi kita dan apa yang kita pikirkan Dalam melakukan jadi kita memainkan peran aktif Untuk mengubah cara dan struktur berpikir Sehingga lebih berkembang Dengan cara yang sama kita bisa mengubah bentuk Tubuh kita jika kita selalu melakukan latihan  olah tubuh. Hal yang perlu kita lakukan adalah berlatih meditasi secara teraturYang dapat membangun kapasitas untuk menjadi di kadarAkan pemikiran dan Emosi Pikiran menjadi lebih tenang serta mampu menerima  dan menggali lebih akurat Informasi Mengakses kapasitas untuk kreativitas yang fleksibel Lateral berpikir Yang memungkinkan kita untuk mengelola situasi yang menantang dengan lebih terampil Ketika kita mengalami perasaan yang negatif Kekecewaan dan frustasi Atau sifat lekas marah.Dan takut.Atau iritabilitas, Namun penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut pulih lebih cepat apabila kita melakukan Latihan Meditasi  secara rutin dapat mengurangi ukuran file amigdala Dapat mengurangi tingkat stres dan memperkuat koneksi Menuju keFrontal lobus Untuk hidup lebih sedikit tekanan  dan lebih bahagia,  

Materi Mindfulness dan Cara Kerja Otak

Kesadaran penuh (mindfulness) dapat dilatih dan ditumbuhkan melalui berbagai kegiatan. Artinya, kita dapat melatih kemampuan untuk memberikan perhatian yang berkualitas pada apa yang kita lakukan. Kegiatan-kegiatan seperti latihan menyadari nafas (mindful breathing); latihan bergerak sadar (mindful movement), yaitu bergerak  yang disertai kesadaran  tentang intensi dan tujuan gerakan; latihan berjalan sadar (mindful walking) dengan menyadari  gerakan tubuh saat berjalan, dan berbagai kegiatan sehari-hari  yang mengasah indera (sharpening the senses) dengan melibatkan mata, telinga, hidung, indera perasa, sensori di ujung jari, dan sensori peraba kita.  Kegiatan-kegiatan di atas seperti bernapas dengan sadar, bergerak dengan sadar, berjalan dengan sadar dan menyadari seluruh tubuh dengan sadar dapat diawali dengan cara yang paling sederhana yaitu dengan menyadari nafas. 

Mengapa penting untuk menyadari nafas?  Karena napas adalah jangkar yang dimiliki setiap orang untuk berada  di sini dan masa sekarang (here and now). Pikiran kita merupakan bagian diri kita yang seringkali sulit dikendalikan. Seorang ilmuwan dan filsuf bernama Deepak Chopra dalam website pribadinya menyebutkan bahwa manusia memiliki 60.000-80.000 pikiran dalam sehari. Bayangkan betapa sibuknya pikiran kita. Karena sangat cair, pikiran dapat bergerak ke masa depan dan menimbulkan perasaan kuatir. Pikiran juga dapat bergerak  ke masa lalu yang seringkali menimbulkan perasaan menyesal. Pikiran berada dalam situasi terbaiknya jika ia fokus  situasi saat ini dan masa sekarang,  Cara termudah  untuk membuat pikiran dan perasaan Anda berada pada saat ini  dan masa sekarang adalah dengan menyadari nafas. Silahkan tonton video latihan pernapasan STOP.

Self awareness is helping the student understand emotion

Mindfulness and Well-being

Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being (kesejahteraan hidup)  adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Menurut Mcgrath & Noble, 2011, murid yang memiliki tingkat well-being yang optimum memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki  ketangguhan dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab  

Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dalam sehari-hari  memungkinkan seseorang membangun kesadaran penuh untuk dapat memberikan perhatian secara sadar bertujuan yang didasarkan  keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu dan kebaikan yang akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi menantang dan sulit.  Secara saintifik, latihan mindfulness  yang konsisten akan memperkuat hubungan sel-sel saraf (neuron) otak yang berhubungan dengan fokus, konsentrasi, dan kesadaran.  Kondisi tersebut dapat dijelaskan dengan gambar 1.1:

Gambar: Hubungan Mindfulness dan  Empati dan Resiliensi (Hawkins, 2011)

 Pada saat menghadapi kondisi menantang, misalnya pada saat seorang guru berhadapan dengan perilaku murid yang dinilai tidak disiplin, mekanisme kerja otak akan mengarahkan diri untuk berhenti, menarik napas panjang, memberikan waktu untuk memahami apa yang dirasakan diri sendiri,  memunculkan empati, memahami  situasi yang terjadi, mencari tahu apa yang dirasakan oleh  murid dan mau mendengarkan dengan penuh perhatian. Respon guru yang berkesadaran penuh akan dapat membangun koneksi dan rasa percaya murid pada guru. Ada pepatah yang mengatakan,” Seberapa banyak gelar yang dimiliki seorang guru, kalau murid tidak paham bahwa gurunya peduli dengan mereka, maka mereka tidak akan pernah dapat belajar dari gurunya.” Koneksi, rasa aman dan rasa percaya di antara guru dan murid akan menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif bagi pembelajaran.  

Perasaan aman dan rasa percaya dalam diri murid akan membantu  murid dalam proses pembelajaran dan relasi dengan guru  di sekolah. Murid dapat menumbuhkan kesadaran diri tentang perasaan, kekuatan, kelemahan, nilai-nilai yang dimiliki  dengan lebih baik dan kesadaran sosial yang lebih baik yang didasarkan pada  perhatian yang bertujuan akan membantu murid dalam memproses informasi secara lebih baik dalam  proses pembelajaran.  Jika murid dapat mengikuti  proses pembelajaran secara lebih baik, maka secara perlahan tumbuh optimisme atau rasa percaya  dalam dirinya. Ada banyak sekali penelitian yang menyatakan tentang pentingnya optimisme dalam mendorong keberhasilan pembelajaran.  Seligman (dalam Hoy, Tarter & Hoy, 2006) menjelaskan tentang optimisme sebagai faktor pendukung kesuksesan dalam akademik.

Hubungan Mindfulness dan Pembelajaran Sosial  dan Emosional 

Menurut Hawkins (2017), latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, sebelum memberikan respon dalam sebuah situasi sosial yang menantang, kita berhenti, bernafas dengan sadar, mengamati pikiran, perasaan diri sendiri maupun orang lain, dan mengambil tindakan yang lebih responsif, bukan reaktif.  Gambar 1 menunjukkan  Pembelajaran Sosial-Emosional berbasis kesadaran penuh  untuk mewujudkan kesejahteraan (well-being).  Gambar tersebut diadaptasi dari  Gambar yang dibuat K. Fort – Catanese (dalam Hawkins, 2017)

Gambar 1. Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran Penuh

Untuk melengkapi pemahaman Anda, mari kita tonton video  yang menjelaskan pendekatan berkesadaran penuh (mindfulness) dengan pembelajaran sosial dan emosional!

 

 

Bapak/Ibu CGP, selanjutnya untuk mendapatkan contoh panduan atau kerangka penerapan Kompetensi Sosial Emosional, silakan baca 5 artikel berikut. Selain itu, disajikan pula video singkat (2 - 4 menit) tentang 5 kompetensi sosial-emosional yang dapat membantu pemahaman Bapak/Ibu lebih lanjut.

2.2.a.4.1. Eksplorasi Konsep – Forum Diskusi


Dialog tidak dapat terjadi tanpa kerendahan hati 

(Paulo Freire)


Durasi: 2 JP

Moda: Diskusi Daring Asinkron

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang penerapan 5 kompetensi sosial - emosional (kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berhubungan sosial dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) yang berbasis kesadaran penuh

Sebelum Anda melakukan diskusi, berikut beberapa pertanyaan yang diharapkan dapat Anda jawab setelah menyelesaikan kegiatan ini.

  1. Apakah masalah yang dihadapi Ibu Adriana? Mohon uraikan dengan padat dan jelas. 

  2. Berdasarkan 5 artikel tentang kompetensi sosial dan emosional yang  sudah Anda pelajari sebelumnya, bagaimana saran Anda bagi Ibu Adriana?

Selamat datang kembali dalam pembelajaran kita! 

Bapak/Ibu CGP akan mendapatkan kesempatan untuk mendiskusikan penerapan 5 kompetensi sosial dan emosional yang dibutuhkan dalam sebuah kasus bersama para CGP lain. Tujuan dalam diskusi adalah pengembangan gagasan dan pencapaian pemahaman bersama, sehingga dapat memperkuat pemahaman konsep yang lebih baik. Sebelum Anda melakukan diskusi pada waktu yang telah ditentukan, mohon untuk membaca aturan untuk forum diskusi berikut ini:

Aturan forum diskusi tertulis:

Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan agar diskusi dapat berjalan dengan efektif dan produktif:

  1. Setiap CGP harus menjawab pertanyaan kelima kasus. 

  2. Diskusi ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman bersama penerapan kompetensi sosial emosional dalam suatu situasi.

  3. Sikap terbuka menjadi nilai dasar dari proses diskusi ini.

  4. Membangun pendapat dengan mempertimbangkan tanggapannya terhadap respon/jawaban CGP lain.

Bapak/Ibu CGP, mari kita baca 5 kasus yang ada di bawah ini. Buatlah refleksi dari setiap kasus terlebih dahulu sebelum membaca kasus berikutnya. 

Kami berharap diskusi 5 kasus ini dapat membantu Anda memahami berbagai situasi sosial yang membutuhkan penerapan berbagai kompetensi sosial-emosional.

Selamat membaca dan berefleksi.

Pengantar: 

Ibu Adriana telah menjadi guru selama lebih dari 5 tahun. Suatu pagi, Ibu Adriana merasakan tubuhnya seakan berat untuk bangun dari tidurnya. Dia juga merasa berat untuk berdiri dan bergerak berangkat menuju sekolah. Akhir–akhir ini pun selama berada di dalam kelas, Ibu Adriana sering tiba-tiba merasakan jantungnya berdetak cepat. Pikirannya bercabang-cabang, dan ia sering merasakan dirinya mengalami kecemasan. Saat ini memang selain sibuk mengajar, Ibu Adriana juga harus menjadi ketua panitia perayaan 17 Agustus yang akan dilaksanakan di sekolahnya 1 bulan lagi.  

Selanjutnya disajikan 5 kasus yang terjadi pada Ibu Adriana yang pada akhir-akhir ini. Bacalah secara berurutan dan lakukan refleksi setelah membaca!

Pengantar:

Ibu Adriana telah menjadi guru selama lebih dari 5 tahun. Suatu pagi, Ibu Adriana merasakan tubuhnya seakan berat untuk bangun dari tidurnya. Dia juga merasa berat untuk berdiri dan bergerak berangkat menuju sekolah. Akhir–akhir ini pun selama berada di dalam kelas, Ibu Adriana sering tiba-tiba merasakan jantungnya berdetak cepat. Pikirannya bercabang-cabang, dan ia sering merasakan dirinya mengalami kecemasan. Saat ini memang selain sibuk mengajar, Ibu Adriana juga harus menjadi ketua panitia perayaan 17 Agustus yang akan dilaksanakan di sekolahnya 1 bulan lagi. 

Berikut kasus yang terjadi pada Ibu Adriana yang pada akhir-akhir ini. Bacalah dan lakukan refleksi setelah membaca.

KASUS 1
Saat itu jam pelajaran terakhir. Sebelum rapat panitia besar 17 Agustus untuk memfinalisasi acara, Ibu Adriana masuk ke kelas 9 untuk mengajar mata pelajaran geografi. Sejak pagi, Ibu Adriana sudah mengajar 3 kelas yang berbeda secara berurutan. Pada pelajaran ini, anak-anak diizinkan menggunakan gawai mereka untuk mengerjakan proyek kelompok. Setelah beberapa saat Ibu Adriana melakukan pengecekan apakah setiap murid bekerja sesuai tugas dan tanggung jawab mereka. Saat mendekati meja salah satu siswa, Diana, Bu Adriana mendapati muridnya itu sedang menggunakan gawainya untuk mengerjakan tugas pelajaran lain. Ibu Adriana spontan mengeluarkan kata-kata dengan nada tinggi. “Jadi ini yang dari tadi kamu lakukan? Seisi ruang kelas terkejut.  Wajah Diana memerah.  Ia tampak malu dan tidak menyangka Ibu Adriana merespon sekeras itu.


Jawablah pertanyaan berikut.

  1. Apakah masalah yang dihadapi Ibu Adriana? Mohon uraikan dengan padat dan jelas. 

  2. Bagaimana penerapan kompetensi kesadaran diri pada masalah tersebut? (mengacu pada kerangka atau panduan yang ada di artikel)

 

Kasus 2

Berikut kasus yang terjadi pada Ibu Adriana yang pada akhir-akhir ini. Bacalah dan lakukan refleksi setelah membaca.

Selesai kegiatan belajar-mengajar berakhir, Ibu Adriana memimpin rapat panitia besar yang akan memutuskan revisi akhir acara. Rapat yang berlangsung selama kurang lebih 1 jam menghasilkan tugas baru bagi Bu Adriana untuk mempelajari perubahan proposal acara.  Bu Adriana perlu memastikan semua perencanaan, pengaturan personil, dan pengaturan anggaran sudah tepat. Sesuai rencana, panitia acara sudah harus mulai bekerja setelah proposal disetujui oleh kepala sekolah.  Oleh karena itu, Ibu Adriana diminta untuk mengirimkan proposal ini kepada kepala sekolah selambat-lambatnya lusa. Karena mendahulukan proposal ini, Ibu Adriana pun lupa menyiapkan rubrik untuk pembelajaran geografi keesokan harinya. Keesokan paginya, Ibu Adriana, masuk kelas dan lupa mengunduh rubrik proyek geografi sehingga proses pembelajaran sempat tersendat.


Jawablah pertanyaan berikut.

  1. Apakah masalah yang dihadapi Ibu Adriana? Mohon uraikan dengan padat dan jelas. 

  2. Bagaimana penerapan kompetensi pengelolaan diri pada masalah tersebut? (mengacu pada kerangka atau panduan yang ada di artikel)

 

KASUS 3

Saat mempelajari proposal acara 17 Agustus di antara jam mengajar dan mengoreksi pekerjaan murid-murid, ibu Adriana menyadari salah seorang murid kelas 10 yang berprestasi dalam kejuaraan renang tidak mengumpulkan tugasnya. Bu Adriana memanggil murid tersebut. Murid tersebut mengungkapkan pada Ibu Adriana bahwa dia sebenarnya merasakan lelah dan mengantuk saat berada di dalam kelas maupun di rumah karena latihan keras menjelang kejuaraan bulan depan. Ibu Adriana menilai, seharusnya murid tersebut bekerja lebih keras sebagai konsekuensi dari pilihannya menjadi murid atlet.


Jawablah pertanyaan berikut.

  1. Apakah masalah yang dihadapi Ibu Adriana? Mohon uraikan dengan padat dan jelas. 

  2. Bagaimana penerapan kompetensi kesadaran sosial (empati) pada masalah tersebut? (mengacu pada kerangka atau panduan yang ada di artikel)

KASUS 4

Setelah selesai memeriksa proposal acara 17 Agustus, Ibu Adriana mengirimkan proposal tersebut kepada kepala sekolah. Ternyata proposal yang dikirimkan oleh Ibu Adriana dinilai tidak sesuai oleh kepala sekolah. Kepala Sekolah meminta agar isinya sesuai dengan pengarahan awal yaitu agar acara lebih banyak melibatkan orangtua murid. Ibu Adriana tidak menyangka jika dia harus melakukan koreksi dan koordinasi ulang dengan tim acara. Revisi proposal tentu akan memakan waktu lagi dan Ibu Adriana sudah membayangkan ini akan menghambat tugas-tugasnya yang lain. Ibu Adriana mengungkapkan hal ini kepada wakil ketua panitia. Ibu Adriana mengungkapkan bahwa dia tidak mau mengubah proposal dan meminta Wakil Ketua Panitia tersebut yang merevisi proposal.


Jawablah pertanyaan berikut.

  1. Apakah masalah yang dihadapi Ibu Adriana? Mohon uraikan dengan padat dan jelas. 

  2. Bagaimana penerapan kompetensi resiliensi pada masalah tersebut? (mengacu pada kerangka atau panduan yang ada di artikel)

KASUS 5

Setelah bekerja selama 5 tahun di sekolah yang sama, Ibu Adriana merasa mulai kewalahan dengan berbagai tanggung jawab tambahan yang harus dijalankan. Ibu Adriana mendapatkan tanggung jawab ekstra karena dipercaya oleh kepala sekolah. Kepala sekolah melihat pengalaman Ibu Adriana sudah jauh lebih banyak dibandingkan guru-guru yang lain. Itu sebabnya, Ibu Adriana diminta untuk menjadi penanggung jawab beberapa acara penting di sekolah, menjadi wakil sekolah di forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Awalnya Ibu Adriana merasa tugas tambahan tersebut sangat menantang. Namun demikian, sekarang dia tidak merasakan itu lagi. Ditambah dirinya merasa bahwa akhir-akhir ini, kinerjanya sebagai guru juga semakin menurun. Karena itu, Ibu Adriana terpikir untuk menulis surat pengunduran diri.


Jawablah pertanyaan berikut.

  1. Apakah masalah yang dihadapi Ibu Adriana? Mohon uraikan dengan padat dan jelas. 

  2. Bagaimana penerapan kompetensi pengambilan keputusan yang bertanggung jawab pada masalah tersebut? (mengacu pada kerangka atau panduan yang ada di artikel)

 

 

2.2.a.5. Ruang Kolaborasi - Pembelajaran Sosial dan Emosional


Hanya sedikit pekerjaan yang bisa dilakukan sendirian. Namun bersama-sama kita bisa kerjakan banyak hal

(Hellen Keller)


Durasi: 4 JP

Moda: Diskusi Daring Sinkron

Tujuan Pembelajaran Khusus: Menyusun teknik-teknik dalam menerapkan pembelajaran 5 kompetensi sosial dan emosional dalam 3 ruang lingkup (rutin, terintegrasi dalam mapel, dan protokol)  sesuai dengan jenjang  pendidikan masing-masing

Bapak/Ibu CGP, setelah memahami 5  Kompetensi Sosial-Emosional, sekarang saatnya Anda juga membuat teknik-teknik dalam menerapkan pembelajaran Sosial-Emosional bagi murid-murid Anda.

Sebelum Anda melakukan diskusi, berikut beberapa pertanyaan yang diharapkan dapat Anda jawab setelah menyelesaikan kegiatan ini.

  1. Apakah kekuatan Anda dalam bekerja sama dengan orang lain?

  2. Apakah tantangan/hambatan dalam bekerja sama dengan orang lain?

  3. Bagaimana Anda mengelola kekuatan dan hambatan tersebut untuk bisa bersinergi dengan CGP lain dalam menyusun teknik-teknik untuk menerapkan  pembelajaran 5 kompetensi sosial dan emosional sesuai  jenjang pendidikan yang Anda ampu?

Selamat datang kembali dalam pembelajaran kita! 

Setelah Anda mempelajari 5 Kompetensi Sosial-Emosional (KSE), sekarang saatnya Anda berkolaborasi untuk menyusun teknik-teknik pembelajaran  pembelajaran sosial dan emosional tersebut.

Jika sebelumnya Anda bekerja sendiri, kali ini Anda akan melakukan aktivitas berkelompok bersama guru-guru dari jenjang pendidikan yang sama.  Ini saatnya Anda memperdalam pemahaman Anda melalui aktivitas yang memungkinkan Anda saling bertanya, melempar ide, mengklarifikasi pemahaman ataupun miskonsepsi yang mungkin masih Anda miliki.

Tugas:

  1. Buatlah teknik penerapan pembelajaran sosial emosional di jenjang pendidikan Anda pada Tabel Penyusunan Teknik Pembelajaran Kompetensi Sosial dan Emosional*

  2. Diskusikan dan tuliskan teknik penerapan KSE, penjelasan tentang apa yang dilakukan oleh guru, penjelasan tentang apa yang dikatakan guru pada murid (disesuaikan dengan karakteristik murid pada jenjang pendidikan yang Anda  ampu), dan penjelasan tentang tujuan teknik tersebut

  3. Anda dan kelompok dapat memutuskan sendiri platform apa yang ingin Anda gunakan untuk bekerja  (misalnya  dengan menggunakan google docs).

  4. Setelah selesai, unggah hasil kerja kelompok Anda dalam Unggah Hasil Ruang Kolaborasi.

Mekanisme pelaksanaan diskusi: 

  • Fasilitator mengelompokkan CGP menjadi kelompok kecil  sesuai dengan jenjang pendidikan, yaitu (a) TK - Kelas 2; (b) Kelas 3-6; (c) Kelas 7-9 (d) Kelas 10-12. 

  • Kelompok kecil dapat melakukan diskusi sesuai jadwal yang disepakati seluruh anggota kelompok. 

  • Jika pengelompokkan jenjang tersebut tidak sesuai dengan komposisi CGP, maka CGP dapat bergabung dengan jenjang yang terdekat. Berikut adalah Contoh-contoh Teknik Pembelajaran Kompetensi Sosial Emosional*

  • Mengingatkan bawah strategi yang sudah disusun akan menjadi bahan bagi CGP dalam melaksanakan fase Demonstrasi Kontekstual

Selamat berdiskusi!

*) Klik pada teks untuk membuka/mengunduh bahan


2.2.a.6. Refleksi Terbimbing - Pembelajaran Sosial dan Emosional

Kita tidak belajar dari pengalaman, tetapi kita belajar dari refleksi terhadap pengalaman kita

John Dewey (Philosopher, Psychologist)

Durasi: 2 JP

Moda: Mandiri

Tujuan Pembelajaran Khusus:  CGP dapat melakukan refleksi dan metakognisi terhadap proses pembelajaran yang telah mereka lalui serta menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang diampunya.

Sebelum Anda melakukan refleksi, berikut beberapa pertanyaan yang diharapkan dapat Anda jawab setelah menyelesaikan kegiatan ini.

  1. Apakah hal yang menarik yang telah Anda pelajari? 

  2. Apa perubahan  dalam pemahaman atau latihan pembelajaran yang Anda lakukan selama ini?  

  3. Apakah tantangan yang masih Anda hadapi dalam proses pembelajaran ini?

Selamat! Bapak/Ibu sudah menjalani lebih dari setengah perjalanan kita.  Saatnya untuk berhenti sejenak untuk merayakan apa yang sudah Bapak/Ibu  pelajari dan lakukan dalam proses bertumbuh  sebagai CGP. Selain bertujuan untuk melihat kembali hal-hal positif dan menyenangkan, sesi ini juga memberikan kesempatan pada Anda untuk mengidentifikasikan hal-hal yang masih menjadi tantangan bagi Anda untuk peningkatan proses pembelajaran berikutnya


Silahkan klik tombol yang ada dibawah ini untuk memulai kegiatan.

Tugas Refleksi Terbimbing

  1. Sebutkan 3 hal menarik yang telah Anda pelajari! Kemukakan dengan alasan atau contoh berupa gambar/foto untuk memperjelas jawaban Anda.

  2. Sebutkan 2 hal penting yang Anda pelajari! Kemukakan dengan alasan atau contoh berupa gambar/foto untuk memperjelas jawaban Anda.

  3. Sebutkan 1 hal yang Anda ingin coba dan terapkan dalam kelas! Jelaskan alasan Anda!

2.2.a.7. Demonstrasi Konstektual - Pembelajaran Sosial dan Emosional


Mengetahui tidak cukup, kita harus menerapkan. Kemauan saja tidak cukup, kita harus melakukan

(Bruce Lee)

Durasi :  3 JP 

Moda: Penugasan Mandiri

Tujuan Pembelajaran Khusus:  CGP dapat menyusun teknik-teknik untuk menerapkan  pembelajaran  kompetensi sosial-emosional berbasis kesadaran penuh  pada mata pelajaran yang diampu.

Sebelum Anda melakukan kegiatan, silahkan cermati pertanyaan berikut dan diharapkan dapat Anda jawab setelah menyelesaikan kegiatan ini.

Apakah saya mampu menyusun teknik-teknik yang dapat digunakan untuk menerapkan pembelajaran  kompetensi sosial-emosional  berbasis kesadaran penuh pada mata pelajaran yang saya ampu?

Selamat datang dalam kegiatan Demonstrasi Kontekstual!

Bapak/Ibu CGP, Ini adalah saatnya bagi Anda untuk menerapkan pembelajaran kompetensi  sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh yang sudah Anda pelajari, ke dalam perancangan  mata pelajaran yang Anda ampu.

Tugas: 

Menyusun teknik-teknik yang akan digunakan untuk mengembangkan kompetensi sosial-emosional berbasis kesadaran penuh pada mata pelajaran yang Anda ampu.

Langkah-langkah yang dapat Anda ikuti:

  1. Tentukan kompetensi sosial - emosional berbasis kesadaran penuh yang akan Anda kembangkan dalam mata pelajaran yang Anda ampu

  2. Tentukan teknik  pembelajaran yang menurut Anda dapat mengembangkan kompetensi sosial-emosional yang Anda pilih pada no1. dan  sesuai dengan tujuan pembelajaran mata pelajaran yang  Anda ampu. Anda dapat melihat kembali  hasil ruang kolaborasi 

  3. Tuliskan detil dari teknik pembelajaran yang Anda pilih sesuai dengan tabel pemetaan dalam Ruang Kolaborasi. Sertakan lampiran/tautan yang diperlukan (topik diskusi,  artikel, skenario, kasus, dll. )

  4. Siapkan perangkat untuk mendokumentasikan kinerja murid pada saat teknik pembelajaran dilakukan. (Lembar refleksi diri, lembar observasi, daftar-periksa, dll)

  5. Masukkan teknik pembelajaran tersebut dalam RPP mata pelajaran yang Anda ampu

 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Modul 2.1-Pembelajaran Berdiferensiasi-Guru Penggerak

3.2.a.9 Koneksi Antar Materi-Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya