Ringkasan Materi Modul 2.3 - COACHING (Guru Penggerak)

 Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,


 


Selamat datang di modul Coaching. Terima kasih Anda sudah berkomitmen belajar untuk menjadi guru penggerak yang hebat.


Kita semua memahami jika murid kita bukanlah kertas kosong. Mereka datang dengan berbagai latar belakang, kemampuan, dan potensi. Tugas Anda adalah menjadikan latar belakang mereka sebagai pondasi kuat bagi Anda dalam memimpin pembelajaran. Selain itu, Anda juga bertugas meningkatkan kemampuan dan melejitkan potensi mereka. Oleh karena itu, Anda diharapkan memiliki keterampilan yang dapat mengarahkan anak didik untuk menemukan jati diri dan melejitkan potensi mereka.


Salah satu keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan coaching. Mengapa keterampilan coaching? Coaching diperlukan karena murid kita adalah sosok merdeka. Sosok yang dapat menentukan arah dan tujuan pembelajarannya, serta meningkatkan potensinya sendiri. Mereka hanya memerlukan dorongan dan arahan dari Anda sebagai pemimpin pembelajaran untuk melejitkan potensi mereka. Tentunya ini bukan hal yang mudah karena sebagai pemimpin pembelajaran terkadang kita tergoda untuk berupaya membantu permasalahan murid secara langsung dengan memberikan solusi dan nasehat. Dengan keterampilan coaching, harapannya anak didik kita menjadi lebih terarah dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensi mereka.


Semoga modul ini dapat membantu Anda dalam memerankan diri Anda sebagai coach bagi murid Anda agar mereka menjadi lebih merdeka, baik merdeka dalam belajar maupun merdeka dalam menentukan arah hidupnya di masa mendatang. Selamat belajar, selamat bereksplorasi tentang coaching.

 


Salam,


Instruktur


2.3.a.2. Pendahuluan

Capaian Pembelajaran Umum

Secara umum, profil kompetensi Guru Penggerak yang ingin dicapai dari modul ini adalah: 


mampu melakukan praktik komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar seorang coach.


mampu menerapkan praktik coaching dalam komunitas sekolahnya


Capaian Pembelajaran Khusus



Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan menjadi guru penggerak yang mampu:


  1. memahami konsep coaching secara umum, meliputi definisi, tujuan, dan jenis coaching serta perbedaannya dengan mentoring dan konseling

  2. memahami hakikat komunikasi yang memberdayakan dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching

  3. memahami langkah-langkah mendengar aktif dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching

  4. memahami langkah-langkah bertanya reflektif dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching

  5. memahami langkah-langkah memberi umpan balik positif dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching

  6. mengidentifikasi peran seorang coach di konteks sekolah

  7. melakukan praktek coaching berdasarkan model TIRTA kepada sesama CGP, murid, dan rekan guru di sekolahnya 

  8. mengembangkan sikap terbuka, kritis, empati dan percaya diri dalam melakukan praktik coaching.


Isi Materi Modul

  1. Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan

  2. Komunikasi yang Memberdayakan

  3. GROW dan TIRTA Sebagai Coaching Model


Alur Belajar MMERRDEKA

Mulai dari diri

  1. Pemahaman saya mengenai coaching dalam konteks pendidikan

  2. Pengenalan kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah

Eksplorasi konsep

  1. Pengenalan sistem coaching dalam konteks pendidikan

  2. Komunikasi yang memberdayakan (Menjadi pendengar aktif, bertanya reflektif dan memberikan umpan balik positif)

  3. Pengetahuan dan keterampilan model coaching (model GROW dan TIRTA)

Ruang kolaborasi

Analisa studi kasus dan pembentukan komuntas praktisi untuk praktek model TIRTA dalam coaching

Refleksi Terbimbing

Memahami teknik coaching yang efektif dalam optimalisasi pengembangan kompetensi pendidik yang memerdekakan murid

Demonstrasi kontekstual

Praktek coaching dalam komunitas sekolah saya

Elaborasi pemahaman

Elaborasi pemahaman konsep coaching dan peningkatan kemampuan coaching sebagai pendidik

Koneksi antar materi

Bagaimana kaitan materi ini dengan materi-materi lain?

Apa saja dampaknya bagi komunitas sekolah saya?

Aksi nyata

Portfolio praktek Coaching


Glosarium

coach           : pemberi manfaat dan pelaksana kegiatan coaching


coachee       : penerima kegiatan dan manfaat kegiatan coaching


coaching      : kegiatan percakapan yang menstimulasi pemikiran coachee dan memberdayakan potensi coachee


community of practice    : sebuah kelompok yang terbentuk dengan tujuan berlatih dan mempraktikan materi pelatihan untuk pengembangan bersama


mentee          : penerima kegiatan mentoring


2.3.a.3. Mulai dari Diri - Seberapa Jauh Saya Memahami Konsep Coaching di sekolah?


Durasi : 1 JP (45 menit)

Moda: Mandiri

Tujuan Pembelajaran Khusus:  Peserta mampu mengidentifikasi pengetahuan dan pengalaman yang menggambarkan praktik coaching di dunia pendidikan


Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak.


Sebagai seorang guru tentunya Anda sering menjumpai banyak kasus terkait murid. Kasus-kasus tersebut seringkali menjadi penghambat kemajuan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, respon cepat dari Anda sangat diperlukan. 


Mari kita mulai modul coaching ini dengan mengirimkan tanggapan dari kasus-kasus yang mungkin terjadi di sekolah yang akan disampaikan pada forum diskusi ini. Tanggapan Anda tidak akan dinilai, melainkan digunakan sebagai pijakan para fasilitator untuk mengembangkan modul coaching ini agar sesuai dengan kebutuhan Anda.



2.3.a.4. Eksplorasi Konsep - Coaching



Durasi : 5 JP

Moda: Mandiri dan Diskusi Asinkron


Tujuan Pembelajaran Khusus:  


  1. CGP dapat memahami konsep coaching dalam konteks pendidikan2.  CGP dapat mengidentifikasi perbedaan antara coaching dengan mentoring dan konseling dalam konteks pendidikan

  2. CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang Komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar coaching

  3. CGP dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang efektif dalam rangka coaching pada murid

  4. CGP mendemonstrasikan pemahaman mengenai model coaching TIRTA

  5. CGP mengidentifikasi langkah-langkah dalam model coaching TIRTA

  6. CGP mampu menganalisa setiap proses coaching dan mengeksplorasi teknik yang digunakan dalam coaching.

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,


Pada kegiatan Eksplorasi Konsep, Anda akan melakukan kegiatan mandiri untuk mempelajari materi melalui kegiatan membaca dan menjawab pertanyaan, dan diskusi asinkron untuk menguatkan pemahaman Anda terkait materi yang dipelajari. Adapun materi yang akan dipelajari adalah:

  1. Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan

  2. Komunikasi Yang Memberdayakan

  3. TIRTA Sebagai Model Coaching.

Semangat belajar!



2.3.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Konsep Coaching Dalam Konteks Pendidikan


Durasi : 1 JP (45 menit)

Moda: Mandiri


Tujuan Pembelajaran Khusus: 

  1. CGP dapat memahami konsep coaching dalam konteks pendidikan

  2. CGP dapat mengidentifikasi perbedaan antara coaching dengan mentoring dan konseling dalam konteks pendidikan

Selamat datang kembali dalam fase eksplorasi konsep yang pertama!


Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak.


Sebagai seorang guru tentunya Anda sering menjumpai banyak kasus terkait murid. Kasus-kasus tersebut seringkali menjadi penghambat kemajuan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, respon cepat dari Anda sangat diperlukan.


Mari kita mulai modul coaching ini dengan mengirimkan tanggapan dari kasus-kasus yang mungkin terjadi di sekolah yang akan disampaikan pada forum diskusi ini. Tanggapan Anda tidak akan dinilai, melainkan digunakan sebagai pijakan para fasilitator untuk mengembangkan modul coaching ini agar sesuai dengan kebutuhan Anda.


1.1 Pengertian Coaching


Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,


Untuk mengawali proses memahami konsep coaching ini, mari kita simak ilustrasi berikut:


Pak Amir adalah seorang pengemudi kendaraan di Kota Tangerang. Saat ini, ia mengantarkan Pak Handoko ke tempat tujuannya. Ternyata jalanan macet dan Pak Handoko tampak panik mengingat agendanya yang akan segera dimulai. Pak Amir menawarkan beberapa jalan alternatif dengan berbagai kemungkinan. Dengan berbagai pertimbangan, Pak Handoko akhirnya memutuskan untuk memilih satu jalan yang ia yakini lebih cepat dan lancar. Ternyata keputusan yang diambil Pak Handoko tepat. Jalanan lancar, dan Pak Handoko sampai di tempat tujuan tepat waktu.


Ilustrasi tersebut memperlihatkan bahwa untuk sampai ke tujuan dibutuhkan tindakan (action), dan terjadi perubahan (change) tempat. Ketika dikaitkan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari, jika Pak Amir adalah seorang coach dan Pak Handoko adalah coachee, maka Pak Amir menolong dengan cara-cara tertentu, supaya Pak Handoko sampai ke sasaran yang dia inginkan. Dalam konteks ini, coaching adalah salah satu alat untuk menolong Pak Handoko. Selanjutnya, Pak Handoko lah yang membuat keputusan dengan cara yang diyakini dapat mencapai tujuannya.


Berangkat dari ilustrasi di atas, mari kita simak beberapa pengertian mengenai coaching. Para ahli mendefinisikan coaching sebagai:


sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999) 

kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003)

Jawablah pertanyaan di bawah ini

  1. Sebutkan prinsip-prinsip coaching yang dapat Anda ambil dari beberapa pengertian coaching yang telah disajikan!

  2. Sebagai guru, pernahkah anda menerapkan prinsip-prinsip coaching tersebut di sekolah Anda? Jika jawaban anda "ya", berilah contoh dan penjelasannya!


1.2. Coaching dalam Konteks Sekolah



Bapak /bu Calon Guru Penggerak,


Mari  kita bersama-sama mempelajari coaching dalam konteks pendidikan.


Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.


Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar. 


Masih terkait dengan kemerdekaan belajar, proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam  dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya.


Murid kita di sekolah tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi  inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching.


Coaching, sebagaimana telah dijelaskan pengertiannya dari awal memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. JIka proses coaching berhasil dengan baik, masalah-masalah pembelajaran atau masalah eksternal yang mengganggu proses pembelajaran dan dapat menurunkan potensi murid akan dapat diatasi.


Mengingat pentingnya proses coaching ini sebagai alat untuk memaksimalkan potensi murid, guru hendaknya memiliki keterampilan coaching.  Keterampilan coaching ini sangat erat kaitannya dengan keterampilan berkomunikasi. Berkomunikasi seperti apakah yang perlu seorang coach miliki akan dibahas pada bagian selanjutnya dalam modul coaching ini. Selain keterampilan berkomunikasi, beberapa keterampilan dasar perlu dimiliki oleh seorang coach. International Coach Federation (ICF) memberikan acuan mengenai empat kelompok kompetensi dasar bagi seorang coach yaitu:


  1. keterampilan membangun dasar proses coaching

  2. keterampilan membangun hubungan baik

  3. keterampilan berkomunikasi

  4. keterampilan memfasilitasi pembelajaran


Empat keterampilan dasar seorang coach seharusnya dapat dimiliki oleh guru ketika memerankan diri sebagai coach.


Tentunya, sebagai guru, Anda sudah memiliki keterampilan-keterampilan dasar dari coaching.  Mari kita lakukan refleksi mengenai hal tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:Selain definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang telah disebutkan di atas, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai:


“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”


Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:


  1. Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.

  2. Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini,  dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach menginspirasi coachee untuk menemukan jawaban-jawaban sendiri atas permasalahannya.

  3. Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.

  4. Menyelami makna-makna yang terkandung dalam definisi coaching membawa kita pada pertanyaan, “Apakah dengan demikian coaching ini bisa diterapkan di dunia pendidikan sehingga bisa mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik guru maupun murid?” Apakah guru dapat berperan sebagai coach? Mari kita sama-sama membahas bagaimana coaching ini diterapkan dalam konteks sekolah dan bagaimanakah peran guru sebagai coach.

1.3. Perbedaan antara Coaching, Konseling, dan Mentoring dalam Konteks Pendidikan

Sebagai guru, Anda diharapkan menjadi pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, Anda tentunya harus memainkan banyak peran. Terkadang, untuk menghadapi murid, Anda harus menjadi seorang konselor. Suatu saat Anda juga diharapkan menjadi mentor. Selain itu, terkadang Anda juga harus menjadi seorang coach.


Ketika Anda harus menghadapi murid dengan berbagai potensinya dan Anda berupaya untuk memaksimalkan potensi tersebut, guru harus berperan sebagai seorang coach. Mengapa Anda harus berperan sebagai coach? Mengapa bukan konselor atau mentor? Tahukah Anda mengenai perbedaan di antara ketiga peran tersebut?


Untuk memahami perbedaan peran antara konselor, mentor, dan coach tersebut, mari kita simak video berikut ini, dan jawablah pertanyaan-pertanyaan mengenai video tersebut.


https://youtu.be/SevRYbDjOnk


Agar semakin memahami perbedaan antara mentoring, konseling, dan coaching, mari kita pelajari pengertian mentoring dan konseling berikut ini:


1. Definisi mentoring


Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan.


2. Definisi konseling


Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers (1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.


Jika Anda memperhatikan definisi-definisi mengenai mentoring dan konseling, kemudian membandingkannya dengan coaching, maka Anda dapat melihat perbedaan-perbedaan di antara ketiga metode pengembangan diri tersebut. Untuk lebih mudahnya, mari kita lihat tabel perbedaan antara coaching, mentoring, dan konseling berikut ini:


Dari Tabel 1, kita dapat melihat perbedaan-perbedaan antara coaching, mentoring dan konseling. Perbedaan-perbedaan tersebut dilihat dari sisi tujuan, peran, dan keahlian.



Setelah menyimak perbedaan-perbedaan antara mentoring, konseling, dan coaching, mari melakukan refleksi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.



2.3.a.4.2. Eksplorasi Konsep - Komunikasi Yang Memberdayakan


Durasi : 1 JP (45 menit)

Moda: Mandiri


Tujuan Pembelajaran Khusus: 

CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang Komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar coaching

CGP dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang efektif dalam rangka coaching pada murid


Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,


Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai proses meneruskan informasi atau pesan dari satu pihak kepihak yang lain dengan menggunakan media kata, tulisan ataupun tanda peraga. Komunikasi dapat terjadi satu arah dan dua arah, dimana ada peran pemberi pesan dan penerima pesan.


Eksplorasi Konsep - Pembelajaran 1


Dalam bukunya Beck, Benet dan Wall mendeskripsikannya sedemikian: Komunikasi adalah tentang diri kita, berawal dari dalam kita dan melalui kita. Komunikasi merepresentasikan keinginan diri kita untuk memiliki arti dan memberikan arti bagi kehidupan. Makna komunikasi menjadi lebih luas dan dalam ketika ada keinginan dari dalam diri manusia yang mendorong komunikasi mereka untuk menjadi lebih berdampak bagi kehidupan baik sang pemberi pesan ataupun penerima pesan, yakni komunikasi yang memberdayakan potensi setiap pihak sehingga dapat menghasilkan perubahan arti kehidupan. Komunikasi yang sedemikian dapat membentuk relasi, menciptakan kenyamanan, dan menghasilkan kreativitas serta kemerdekaan.




Gambar 1. Kutipan mengenai Komunikasi (dikutip ocali.org, 2015)



4 unsur utama yang mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan:


1) Hubungan saling mempercayai


Rasa aman dan nyaman akan hadir dalam sebuah hubungan jika ada rasa saling memperhatikan baik keadaan pribadi atau kesejahteraan profesionalnya. Bagi murid, bahwa kita peduli pada kualitas belajarnya akan membuat murid berasumsi bahwa komunikasi kita bertujuan untuk perbaikan mutu. Kepercayaan merupakan jalan dua arah.


2)  Menggunakan data yang benar


Dalam setiap komunikasi diperlukan data yang benar dan dinamika yang sesuai. Tanpa gambaran akurat tentang pesan atau masalah yang sedang dibahas, maka kesan subjektivitas akan hadir dalam proses komunikasi.


3) Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi


Komunikasi memberdayakan seyogyanya menuntun rekan bicara kita untuk mampu berefleksi atas diri mereka dan mengenali pesan atau isu yang dibahas dengan benar. Rasa kepemilikan dan tanggung jawab atas pesan dari proses komunikasi yang ada akan membuat dampak pada jangka yang lebih panjang.


4) Rencana tindak lanjut atau aksi


Jika diperlukan, buatlah rancangan konkrit sebagai hasil dari proses komunikasi. Hal ini sebagai bentuk komitmen dari sebuah komunikasi yang bertujuan positif dan efektif.


Mari kita berefleksi sejenak:


Apakah komunikasi kita sehari-hari, secara khusus sebagai seorang pendidik sudah memberdayakan dan efektif? Adakah hasil positif dan transformatif lewat percakapan kita dengan murid di sekolah?


Bapak/Ibu CGP, coaching adalah salah satu kompetensi pemimpin di abad 21 yang perlu untuk terus dikembangkan, dan lewat keterampilan berkomunikasi yang terus diasah, kita dapat memberdayakan potensi murid kita sehingga baik mereka ataupun diri kita sendiri dapat optimal dalam belajar dan berkarya.



Pada bagian ini, kita akan membahas empat aspek berkomunikasi yang perlu kita pahami dan kita latih untuk mendukung praktik Coaching kita.

A.   Komunikasi asertif

B.   Pendengar aktif

C.   Bertanya efektif

D.   Umpan balik positif


Penjelasan masing-masing aspek komunikasi akan dijelaskan pada halaman berikutnya.

A. Komunikasi Asertif


Ketika berkomunikasi dengan orang lain, tidak selalu apa yang kita harapkan akan berjalan dengan lancar. Ada saja hambatan yang datang dan seringkali hasil komunikasi tersebut tidak dapat memuaskan semua orang. Hal ini dapat terjadi karena sikap berkomunikasi yang berbeda satu sama lain, dan tidak semua orang dapat secara mudah mengungkapkan apa yang ada di benaknya dengan tepat. Kita perlu memahami tipe umum manusia berkomunikasi agar kita dapat memberikan respon yang tepat.

Untuk lebih memahami, simaklah video singkat berikut ini kemudian jawablah pertanyaan reflektif yang disajikan:

https://youtu.be/CvtWRNzuZfU

Tipe tipe komunikasi:

  1. Agresif - tipe yang dominan dan mau menang sendiri. Pendapatnya harus didengar dan ditanggapi. Cenderung mendominasi pembicaraan dan menghakimi masalah yang didiskusikan

  2. Submisif - tipe yang pasif. Cenderung diam, kurang berekspresi,  tidak mau menyuarakan apa yang dirasakan. Akn mudah menerima apa yang dikatakan orang lain dan mengikuti suara komunitas

  3. Pendekatan komunikator asertif- tipe yang mampu memadukan gaya agresif dan pasif.  Selalu mencari jalan tengah dalam menyelesaikan masalah,  akan berpendapat dan mendengarkan pendapat orang lain. Mencari pendapat yang terbaik dan tepat dalam menyelesaikan masalah. Proaktif dan ekspresi sehingga pesan tersampaikan jelas. Tanpa menyinggung perasaan orang lain. 

Pertanyaan 

  1. Apakah gaya komunikasi Anda? Mengapa Anda berpikir demikian?

  2. Langkah-langkah yang perlu dipelajari untuk menjadi komunikator yang asertif.

  3. Apakah yang menjadi tantangan Anda dan apa yang perlu diusahakan dari diri Anda agar dapat melakukan komunikasi asertif?


Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Kualitas hubungan yang diharapkan dibangun atas rasa hormat pada pemikiran dan perasaan orang lain.


Dalam coaching, sebagai seorang coach kita akan menghendaki adanya hasil yang dicapai dan ada kalanya coachee kita (murid) merasa tidak suka atau merasa ragu serta tertekan dengan komunikasi yang hendak dibangun. Karenanya, sebuah pemahaman komunikasi asertif perlu dibangun agar timbul rasa percaya dan aman. Ketika rasa aman itu hadir dalam sebuah hubungan coach and coachee, maka coachee akan lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk berkomunikasi. Keselarasan pada tujuan mulai terbangun.


Dalam usaha membangun keselarasan berkomunikasi, coach juga perlu belajar menyamakan posisi diri pada saat coaching berlangsung. Beberapa tips singkat yang dapat seorang coach lakukan:


1.   Menyamakan kata kunci


Memperhatikan kata kunci dalam pembicaraan memberikan kesan penerimaan hubungan coach dan coachee. Disini awal keberhasilan coaching sebab coach dan coachee mampu menyesuaikan diri dan membangun relasi.


Kata-kata kunci biasanya merupakan kata-kata yang diulang-ulang atau ditekankan oleh coachee dan ini biasanya terkait dengan nilai kehidupan. Coach dapat menggunakan kata-kata kunci ini untuk membimbing coachee untuk mencapai tujuannya.


Sebagai contoh, jika murid menggunakan bahasa dan istilah kekinian dalam bercerita, kita dapat juga menggunakan istilah yang dipakai ketika kita bertanya untuk mengklarifikasi pernyataannya.


Misal: “Pikiranmu ternyata mudah ambyar ya Nak. Bisa kamu ceritakan apa faktor yang mudah sekali membuat konsentrasi belajarmu di kelas ambyar?”; “Seberapa kecewanya kamu dengan lebaynya teman yang kamu ceritakan tadi?”


2.  Menyamakan bahasa tubuh


Bahasa tubuh memainkan peran penting dalam komunikasi sebab hal ini dalam menentukan bagaimana rekan bicara kita akan menanggapi dan berhubungan selanjutnya dengan kita. Bahasa tubuh disini meliputi mimik wajah, suara, postur tubuh, ataupun gerakan tubuh lainnya.


Coach dapat memberikan tanda setuju secara tidak langsung pada apa yang disampaikan coachee dengan senyum atau dengan anggukan. Jika coachee kita sedang bersandar ke lengan kursi misalnya, coach juga dapat mengikuti gerakannya. Ketika coachee sedang bersemangat bercerita dan mencondongkan tubuhnya ke depan, kita juga usahakan  mengikutinya. Kegiatan penyamaan ini perlu dilakukan dengan halus dan tidak kentara agar coachee tidak merasa ditiru.


3. Menyelaraskan emosi


Setelah kata dan bahasa tubuh yang kita selaraskan, emosi pun perlu kita usahakan untuk diselaraskan, terutama ketika coachee mengucapkan hal-hal yang emosional. Hal ini akan membuat coachee merasa coach-nya ada pada pihaknya dan mengerti perasaannya.


Contoh:


Murid : “Saya sudah gak bisa kerja sama Toni lagi Bu. Dia tidak pernah menerima ide yang saya berikan.”


Guru  : “Ya, Ibu dapat memahami perasaan kamu. Tidak semua orang dapat dengan mudah menerima pendapat orang lain.”


Komunikasi asertif membangun relasi. Relasi baik dan positif yang terbentuk akan menjadi modal utama dalam process coaching.








B. Pendengar aktif


Bacalah kutipan berikut ini. Tuliskan pemahaman Anda


I know that you believe you understand what you think I said but I am not sure you realise that what you think you heard and it is not what I meant


~ Alan Greenspan


(Saya tahu bahwa anda percaya diri bahwa anda memahami apa yang anda pikir saya katakan, namun saya tidak yakin bahwa anda menyadari bahwa apa yang anda pikir sudah didengar, dan ini bukanlah yang saya maksudkan. 


Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengar. Seorang coach yang baik akan mendengar lebih banyak dan kurang berbicara. Dalam sesi coaching kita perlu fokus bahwa pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni murid kita. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada dipikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.


Terdengar mudah ya untuk dilakukan? Kita hanya perlu untuk duduk berhadapan dengan mereka dan mendengar apa yang mereka sampaikan. Namun apakah sungguh semudah itu? Dapatkah kita dengan sungguh mendengar mereka dan tidak mendengarkan apa yang ada dipikiran kita sendiri? Mari kita belajar lebih lanjut tentang kata kerja “mendengar” melalui tautan video berikut ini.

Ketika kita mendengarkan lawan bicara kita, hal-hal yang kita dengar dari mereka antara lain:


Pesan yang disampaikan, baik yang terungkap langsung ataupun yang tersirat

Emosi dan perasaannya

Pikirannya

Bahasa tubuh dan mimik wajah

Nila-nilai yang menghidupi diri mereka

Usaha dan hasil yang dicapai

Materi lainnya yang disampaikan

Tantangan kita ketika mendengarkan ada pada kemampuan kita menangkap pesan yang disampaikan lewat ragam gaya komunikasi mereka. Karenanya, kita juga perlu mengerti beberapa teknik mendengarkan aktif, sehingga kita mampu menangkap pesan-pesan yang disampaikan.




5 Teknik mendengarkan aktif


  1. Memberikan perhatian penuh pada lawan bicara kita dalam menyampaikan pesan. 

Pesan yang disampaikan bisa terkomunikasikan secara verbal maupun non-verbal. Karenanya, sebagai coach kita perlu fokus dan komitmen diri pada awal sesi.

  1. Tunjukkan bahwa kita mendengarkan.

Bahasa tubuh dan respon kita dapat secara efektif menyampaikan pesan kepada lawan bicara kita bahwa kita memperhatikan setiap pesan yang disampaikan.

Contoh bahasa tubuh dan respon kecil yang menunjukkan bahwa seseorang mendengarkan secara aktif:

Respon singkat – ‘oh’ , ‘iya’, ‘hm…”

Anggukan kecil – tanda mengerti apa yang disampaikan

Raut wajah positif – senyum

Kontak mata – jaga kontak mata

Postur tubuh – condong ke arah rekan bicara kita dan hindari melipat tangan di depan dada

Gerakan tubuh – hindari menggoyangkan jari atau kaki

  1. Menanggapi perasaan dengan tepat

Nada positif dan berikan afirmasi kepada apa yang disampaikan oleh rekan bicara kita. Fokus kepada masalah atau topik yang disampaikan.

Contoh: “Saya merasakan apa yang kamu alami saat ini.”, “Sepertinya kamu telah menangani masalahmu dengan cukup baik.”, “Saya kagum dengan usahamu.”

  1. Parafrase 

Ini digunakan ketika kita hendak menegaskan kembali makna pesan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat kita sendiri.

Contoh:

Murid: “Saya kecewa orang tua saya tidak pernah mau mengurusi sekolah saya.”

Anda: “Jika boleh Ibu simpulkan, kamu ingin ayah ibu mu aktif mendampingi kamu dalam pemilihan jurusan dan sekolah?”

  1. Bertanya

Pendengar aktif akan mengajukan pertanyaan untuk mendorong lawan bicaranya menguraikan lebih lagi keyakinan atau perasaannya. Pada saat inilah diperlukan keterampilan bertanya sehingga mampu menggali lebih dalam potensi yang dimiliki oleh rekan bicara kita. Bagian ini akan kita bahas pada aspek komunikasi yang memberdayakan berikutnya.

C. Bertanya Efektif


Apa sulitnya ya bertanya? Tiap hari kita mengajukan pertanyaan, baik kepada orang lain di sekeliling kita dan kepada diri kita sendiri. Coba kita pikirkan bersama, mengapa keterampilan bertanya perlu untuk dipelajari?


‘Bertanya’ pada coaching merupakan kemampuan bertanya dengan tujuan tertentu. Bukan sekedar jawaban singkat yang diharapkan, namun pertanyaan yang diberikan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan potensi diri.



Gambar 3. Pertanyaan



Mari kita simak video pada tautan berikut, 


Selanjutnya, buatlah 2 contoh dari masing-masing jenis pertanyaan efektif berikut

Setelah Anda memahami dan mempraktekan cara membuat pertanyaan yang efektif, kita juga perlu tahu beberapa bentuk pertanyaan yang sebaiknya kita hindari dalam proses coaching karena bentuk pertanyaan tersebut dapat menghambat keberhasilan coachee dalam proses coaching.

1. Pertanyaan tertutup

Jenis pertanyaan ini hanya akan membuat coachee menjawab dengan Ya dan Tidak, atau hanya berespon dengan 1 kata. Jika pertanyaan Coach seperti demikian maka pikiran coachee akan kurang atau bahkan tidak terstimulasi. Coachee akan mendapatkan hambatan dalam mengeksplorasi pilihan dan potensi mereka untuk bergerak maju dan membuat aksi.

JIka kita bertanya: “Apa kamu akan melanjutkan pendidikan ke universitas negeri?”, Murid kita akan cenderung menjawab ”Ya” atau hanya mengangguk.

Namun jika kita bertanya, “Apa yang sudah kamu rencanakan untuk studimu setelah lulus SMA?”, murid kita akan terstimulasi untuk memberikan jawaban yang terelaborasi.

2. Pertanyaan yang mengarahkan

Pertanyaan ini seperti menyiratkan jawaban yang kita harapkan keluar dari respon coachee. Kecenderungan seorang guru dalam bertanya adalah dengan memberikan arahan sehingga murid kita mampu menjawab sesuai yg diharapkan. Dalam sesi coaching, peran kita yang sedemikian harus ditanggalkan.

Ingat bahwa dalam coaching, tugas coach adalah memfasilitasi coachee untuk mencapai tujuan yang dia inginkan, bukan yang coach inginkan.

Contoh pertanyaan mengarahkan: “Sepertinya kita perlu mendiskusikan jadwal pelaksanaan kegiatan sosial yang kamu rancang.”

Pertanyaan alternatif: “Dari kegiatan-kegiatan yang akan kita diskusikan saat ini, mana yang perlu kita bahas terlebih dahulu?”

Contoh lainnya: “Kamu tidak jadi mengambil kursus memasak kan?”

Pertanyaan alternatif: “Apa manfaat yang akan kamu dapat jika kamu mulai kursus memasak?”

D. Umpan Balik Positif


Umpan balik dalam coaching bertujuan untuk membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Coachee memaknai umpan balik yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri. Secara khusus diberikan pada coachee ketika dalam process coaching, ada hal-hal yang tidak terduga muncul atau hasil dari coaching ini berbeda dari yang coachee pikirkan.


Dorongan positif diperlukan agar coachee meneruskan hasil coaching ini sampai pada tahap aksi. Bentuk umpan balik dapat disampaikan dalam beberapa cara dengan aspek-aspek berikut (Pramudianto, 2015):


1.    Langsung diberikan saat komunikasi.


Contoh: “Wah bagus ucapanmu yang baru saja kamu sampaikan.”


2.    Spesifik – fokus pada apa yang dikatakan


Contoh: “Hal ini sepertinya belum diungkapkan sebelumnya. Ayo kita coba bicarakan hal ini lebih lagi. Ini dapat menjadi alternatif lain untukmu.”


3.    Faktor emosi – mengikutsertakan emosi yang dirasakan


Contoh: “Ah.. saya ikut gembira mendengar pencapaian mu dalam kerja kelompok kemarin.” “Situasimu terdengar sulit. Mari perlahan kita bicarakan agar kamu bisa mendapatkan alternatif dari situasi ini.”


4.    Apresiasi – menyertakan motivasi positif


Contoh: “Kamu bisa Nak. Kamu pasti bisa menjalankan komitmenmu. Kamu sudah berjalan sejauh ini, dengan perencanaan yang lebih baik, kamu dapat menyelesaikan tantangan ini.”


Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari proses coaching sebab pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses mendorong dari belakang sehingga coachee dapat menemukan jawaban dari apa yang dia temukan sendiri (Pramudianto, 2015), bukan dengan diarahkan atau digurui. Inilah yang menjadi keunikan coaching.



2.3.a.4.3. Eksplorasi Konsep - TIRTA Sebagai Model Coaching

Durasi : 1 JP (45 menit)

Moda: Mandiri

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

      1.  CGP mendemonstrasikan pemahaman mengenai model coaching TIRTA

      2. CGP mengidentifikasi langkah-langkah dalam model coaching TIRTA


Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,


Terima kasih Anda masih meluangkan waktu untuk bereksplorasi secara mandiri mengenai konsep coaching di konteks pendidikan dan komunikasi yang memberdayakan sebagai salah satu keterampilan dasar coaching.  Sekarang, saatnya Anda mempelajari tentang satu model coaching yang akan Anda praktekkan yaitu TIRTA: satu model coaching untuk konteks pendidikan.

TIRTA Sebagai Model Coaching


TIRTA

TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya. 


Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching.  Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.


TIRTA kepanjangan dari


T: Tujuan

I: Identifikasi

R: Rencana aksi

TA: Tanggung jawab


Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.

Tujuan Umum (biasanya ini ada dalam pikiran coach dan beberapa dapat ditanyakan kepada coachee)


Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang (dalam pikiran coach) dan yang dapat ditanyakan kepada coachee adalah:


a. Apa rencana pertemuan ini?

b. Apa tujuannya?

c. Apa tujuan dari pertemuan ini?

d. Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?

e. Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?


Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih coachee.

Tugas Anda adalah menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat potensi murid Anda. Bagaimana cara Anda menjaga agar dapat menyingkirkan sumbatan yang ada? Jawabannya adalah keterampilan coaching.


Identifikasi

Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini adalah:


a. Kesempatan apa yang kamu miliki sekarang

b. Dari skala 1 hingga 10, dimana kamu sekarang dalam pencapaian tujuan kamu?

c. Apa kekuatan kamu dalam mencapai tujuan

d. Peluang/kemungkinan apa yang bisa kamu ambil?

e. Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi kamu dalam meraih tujuan?

f. Apa solusinya?


Rencana Aksi

a. Apa rencana kamu dalam mencapai tujuan?

b. Adakah prioritas?

c. Apa strategi untuk itu?

d. Bagaimana jangka waktunya?

e. Apa ukuran keberhasilan rencana aksi kamu?

f. Bagaimana cara kamu mengantisipasi gangguan?


TAnggungjawab

a. Apa komitmen kamu terhadap rencana aksi

b. Siapa dan apa yang dapat membantu kamu dalam menjaga komitmen?

c. Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?

Model TIRTA

Dengan menjalankan metode TIRTA ini, harapannya seorang guru dapat semakin mudah dapat menjalankan perannya sebagai coach. Gambar model TIRTA berikut ini dapat membantu Anda agar lebih terarah dalam melakukan sesi coaching.

New image

2.3.a.4.3. Forum Diskusi Eksplorasi Konsep - Coaching

Durasi : 2  JP (90 menit)

Moda: Diskusi Daring

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP mampu menganalisa setiap proses coaching dan mengeksplorasi teknik yang digunakan dalam coaching.


Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,


Setelah secara mandiri Anda mempelajari konsep coaching di konteks pendidikan, komunikasi yang memberdayakan dan model coaching, sekarang saatnya mendiskusikan hasil pemahaman Anda mengenai hal-hal tersebut.

Tentunya Anda sudah memahami mengenai coaching dalam konteks pendidikan, bagaimana komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar coaching, dan model TIRTA. Silakan renungkan pertanyaan-pertanyaan ini.


Adakah pergeseran paradigma berpikir Anda ketika menghadapi permasalahan yang dialami baik oleh rekan sesama pendidik maupun murid Anda?

Sebagai pendidik, mengapa Anda memerlukan keterampilan coaching selain keterampilan yang lainnya?

Pada situasi seperti apa Anda harus memerankan diri Anda sebagai seorang coach, mentor, atau konselor?

Salah satu prinsip coaching adalah kemitraan yang setara. Apakah kendala yang akan Anda hadapi ketika harus menempatkan diri Anda pada posisi yang setara dengan murid sebagai coachee?

Setelah merenungkan pertanyaan-pertanyaan di atas, simaklah video mengenai coaching model TIRTA berikut.

https://youtu.be/8XB4QIzs3Mg

Selanjutnya, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:


  1. Apa yang dilakukan coach dalam membantu coachee mengenali situasi permasalahan) yang dihadapi coachee?

  2. Bagaimana cara coach memberi respons terhadap situasi (permasalahan) yang dihadapi coachee? (perhatikan secara cermat sikap dan perilaku coach)

  3. Apakah praktek coaching model TIRTA dapat dipraktekkan dalam situasi dan konteks lokal kelas dan sekolah Anda? apa tantangan utama Anda dalam melakukan praktek coaching model TIRTA?

  4. Siapakah yang dapat membantu Anda melatih praktek coaching model TIRTA di kelas dan sekolah Anda? Bagaimana Anda melibatkan mereka?


2.3.a.5. Ruang Kolaborasi - Pembentukan Komunitas Praktisi untuk Melakukan Praktik Coaching


Durasi : 4 JP 

Moda: Kerja Kelompok dan Praktik


Tujuan Pembelajaran Khusus:  


CGP dapat melatih keterampilan coaching dengan berbagai studi kasus dan membentuk komunitas praktisi untuk melakukan praktek coaching model TIRTA.

CGP dapat melatih keterampilan coaching dengan berbagai studi kasus dan membentuk komunitas praktisi untuk melakukan praktek coaching model TIRTA.

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,


Anda tentunya sudah benar-benar memahami konsep coaching dalam konteks pendidikan baik melalui pembelajaran mandiri dan diskusi. Sekarang saatnya Anda berkolaborasi dengan rekan calon guru penggerak lainnya untuk membentuk komunitas praktisi secara daring. Pada fase ini, Anda akan melakukan 2 sesi pembelajaran, yaitu sesi latihan dan sesi praktik.


Sesi Latihan

Durasi:  1 JP

Moda: Kerja kelompok


Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat melatih keterampilan coaching dengan berbagai studi kasus dan membentuk komunitas praktisi untuk melakukan praktek coaching model TIRTA.


Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, 


Anda tentunya sudah benar-benar memahami konsep coaching dalam konteks pendidikan baik melalui pembelajaran mandiri dan diskusi. Sekarang saatnya Anda berkolaborasi dengan rekan calon guru penggerak lainnya untuk membentuk komunitas praktisi secara daring. Pada sesi ini, secara berkelompok, Anda akan berlatih mempraktekkan proses coaching dengan tiga kasus yang akan diberikan dengan model TIRTA, yaitu:


Kasus 1

Coach: guru, coachee: murid, 1 pengamat


Anda memperhatikan seorang murid yang tidak mau bekerja sama dengan teman-temannya. Dia selalu memiliki alasan, seperti tidak cocok dengan teman-temannya atau dengan alasan lain. Dia memilih bekerja sendiri dan mengumpulkan tugasnya sendiri. Hasil yang dikumpulkan secara mandiri itu selalu bagus. Bagaimana Anda menyikapi hal ini?

  1. Selama ini ibu lihat tugas yang kamu kumpulkan secara mandiri itu selalu bagus.

A : Bisakah kamu ceritakan apa yang menjadi kelebihanmu, sehingga hasil tugas yang kamu kerjakan secara mandiri tanpa bantuan teman selalu bagus?




Kasus 2

Coach: guru, coachee: murid. 1 pengamat


Seorang murid bercerita jika dia merasa diperlakukan tidak adil oleh seorang guru. Guru tersebut membuka les privat, dan sebagian besar murid di kelas mengikuti les privat tersebut, kecuali murid tersebut. Murid tersebut merasa tidak nyaman ketika guru sering menyindir murid yang tidak mau ikut les privatnya. Bahkan, murid tersebut juga merasa bahwa nilai yang diberikan pun tidak adil, para murid yang mengikuti les guru tersebut mendapatkan nilai yang lebih baik dari murid tersebut. Bagaimanakah cara Anda menanggapi hal ini?


Kasus 3

Coach: guru, coachee: rekan guru, 1 pengamat


Rekan Anda bercerita jika dia baru saja mendapatkan teguran dari kepala sekolah yang menerima laporan dari pengawas sekolah yang melakukan supervisi saat ia mengajar. Pengawas sekolah yang melakukan supervisi tampak keberatan ketika rekan Anda mengajar tanpa buku teks. Rekan Anda mengajar dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar lainnya. Ketika diingatkan pengawas tersebut, rekan Anda menyampaikan jika ia tetap mengacu pada kurikulum walaupun tidak menggunakan buku teks. Pengawas tersebut tampaknya tersinggung dan memberikan laporan tentang hal itu kepada kepala sekolah. Bagaimana Anda menyikapinya?


Anda akan berlatih mempraktekkan kasus-kasus tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:


kelompok terdiri dari tiga (3) calon guru penggerak. satu orang akan berperan sebagai coach, satu orang lainnya akan berperan sebagai coachee, dan satu orang lainnya akan berperan sebagai pengamat (lihat Gambar 4) yang mengobservasi proses praktek coaching model TIRTA dengan menggunakan lembar pengamatan* yang bisa diunduh. Peran akan bergantian di setiap kasus (disediakan 3 kasus). Di setiap akhir praktek coaching di satu kasus, pengamat menyampaikan hasil pengamatannya.

      *) Klik untuk mengunduh lembar pengamatan

 Jawaban Kasus 3


Latihan ini bisa Anda lakukan Bersama kelompok anda dengan layanan video conference, seperti Google Meet, Zoom, WhatsApp video call atau layanan video conference lainnya.

Sesi Praktik

Durasi:  3 JP

Moda: Praktik (Vicon)

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat melatih keterampilan coaching dengan berbagai studi kasus dan membentuk komunitas praktisi untuk melakukan praktek coaching model TIRTA.

Bapak dan Ibu calon guru penggerak,

Saat ini Anda akan mempraktekkan kasus-kasus yang telah disediakan secara tatap maya bersama fasilitator. Pastikan Anda bersama kelompok telah berlatih mempraktekkan kasus-kasus tersebut sesuai dengan langkah-langkah dalam praktik coaching model TIRTA. Nah, pada sesi ini, praktik yang dilakukan dalam kelompok Anda akan direkam dan untuk selanjutnya dikirimkan ke fasilitator. 

Hasil rekaman dapat diberi nama: Nama Lengkap-CGP Angkatan - Sekolah Asal. Contoh: Shirley Puspitawati-CGP Angkatan 1-SMA Asih

30 menit masing masing pempraktik

25 menit proses mengcoach

5 menit untuk paparan hasil penilaian dari pengamat

Proses : 

Yang diunggah adalah posisi saya sebagai coach pada proses praktik coach. Akan mengupload tugas pada saat menjadi coach.

Konsepsi keterampilan dasar 

  1. Keterampilan mendengar yang baik.(dengarkan samapai selesai)

  2. Mempertegas masalah yang dipelajari.


Kasus 2. Menguatkan anak agar anak yang tidak les bisa eksis dan menunjukkan kamempuannya walaupun tidak mengikuti les privat. Karena itu dia merasa disisihkan.

Kasus 3 terkait dengan rekan sejawat, apa yang harus dilakukan bagaimana cara keluar dari zona yang tidak nyaman. Dengan ada pengawas yang  .

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Materi Modul 2.2-Pembelajaran Sosial Emosional- Guru Penggerak

Ringkasan Modul 2.1-Pembelajaran Berdiferensiasi-Guru Penggerak

3.2.a.9 Koneksi Antar Materi-Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya